Kesia-siaan Annisa Rizka Petang kemarin, aku berjalan dipinggir kota. Melihat raut-raut wajah budak instansi yang memar tanpa luka. Berlari, aku berlari setiap hari menyaksikan puing-puing kehancuran pada negeri. Dan sejuta wajah kemiskinan yang semakin menghiasi ibu pertiwi. Gadis 5 tahun diujung sana menjejak langkahnya tanpa alas di tengah panas setiap pagi, Mengais rezeki, yang bukan untuk dirinya sendiri. Ada lagi si bapak tua menyeret tubuhnya, Kakinya teramputasi, namun tangannya tetap melangkah pasti. Ia tahu benar, ia masih punya arti. Atau ibu berkudung hitam, Yang sejak pagi hingga malam Tak jua henti-hentinya menyapu jalan, Tapi bukan itu, Bukan itu kemiskinan yang ku maksud, puan dan tuan. Namun disana! Di atas bangku-bangku kedai kopi Yang di duduki kaum muda tanpa hati, Tanpa prestasi, tanpa abdi kepada negeri, Tanpa sedikit empati, tanpa tau artin...
izin bercerita, tapi bolehkah hanya dengan kata-kata?