Ada,
Tentang bagaimana dia membuka
matamu,
hingga memasuki dimensi ruang dan waktumu dan kini menjelma menjadi
elemen-elemen kecil yang memenuhi relung hatimu—dia lukis kembali
coretan-coretan di lembaran kertas putih kosong yang kau sebut imajinasi itu.
Mengenalkanmu pada warna-warna
baru yang tak pernah kau lihat pada pelangi—Tapi, buat apa? Nafas dan suara
yang kau sia kan untuk dia yang masih tak mampu sadar akan rasa yang diam-diam
kau sembunyikan.
Begitu rapih, kau jaga tepat di suatu tempat yang kau sebut Hati.
Rasa yang kau tutupi berhari
bahkan berbulan hingga waktu pun tak mau menghitungnya.
Rasa yang sedari dulu juga enggan
kau sadari, hingga perlahan memaksamu mengaku pada dirimu sendiri bahwa, benar,
kamu jatuh hati—Iya, padanya yang kembali menghidupkan warna pada pelangimu yang semula
hanya hitam putih dan abu—Iya, Lagi-lagi kamu yang bodoh berpura-pura tak sadar
telah mengokohkan rasa yang mungkin tak akan pernah ia temukan.

Komentar
Posting Komentar