Langsung ke konten utama

perkara senja dan masa lalu


Senja, adalah sebuah ruang penuh kirana emas yang selalu mampu menghentikan waktu,
menenggelamkan jiwa pada warnanya,
memutar kembali kan kisah yang telah usai terlampau waktu dan ketidaksadaran,
menusuk dinding terdalam jiwa dan menancapkan cahayanya tepat di seisi relung hati,
membuat sukma merasakan afeksi yang indah pada mahakarya-Nya selain rupa insan,
mengais pilu yang teredam jauh dipangkal hati terdangkal,
menggantinya dengan impresi rasa syukur pada Tuhan telah diberikan dua pasang mata yang mampu menikmati indahnya langit dihiasi semburat warna merah kejinggaan itu setiap harinya,
disetiap petang,
disetiap penghujung sore,
sebaik itu Tuhan berikan waktu dan kesempatan di tiap-tiap hari manusia agar mampu menyaksikan mahakarya-Nya yang sebegitu menakjubkan.

Aku kalut, 
dibuat terombang-ambing,
karena begitu saja kumampu menaruh hati pada raut sang senja
namun tak jua hilang memori-memori pengundang lara dalam jiwa.

Senja itu pelakunya, sebenarnya.
pelaku akan ingatan-ingatan masa lalu yang entah bagaimana cara sampainya dapat dengan mudahnya diresonansi kembali pada tatap hampa yang kutujui pada semesta.

Sadis memang caranya, 
disaat kau sangat ingin menikmati kerupawanan semesta namun lagi-lagi harus dihalau pikiran-pikiran atas masa lalu yang semestinya telah di bumi hanguskan

Namun aku mencoba bijaksana,
mana kala waktu memberiku kesempatan merekam bebas rupa semesta, meski dengan memori masa lalu yang tak kunjung musnah dari ingatan, aku apresiasikan saja masa lalu sebagai partikel kekuatan yang membuatku dan manusia lain bertahan hingga sampai titik ini.
masa lalu harus dijadikan pelajaran bukan?

penghujung desember 2018, Annisa Rizka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeda

Ada beberapa orang yang melakukan perjalanan untuk merasa lebih dekat dengan tujuan pulang. Aku suka duduk diam, menikmati perjalanan pulang ke rumah—meski hanya sebentar, meski tak perlu tinggal lama. Kadang, jarak justru membuat segalanya terasa lebih hangat. Ada hal-hal yang terasa lebih berarti saat kita tak selalu berada di dekatnya. Seperti rumah, yang kehadirannya selalu terasa lebih dalam saat aku datang sebagai tamu. Seperti orang-orang yang kusayangi, yang rasanya lebih istimewa ketika aku merindu dari jauh. Jadi, aku biarkan perjalanan ini menjadi jeda kecil. Untuk pulang, untuk mengingat, lalu pergi lagi. Karena tak semua yang kita cintai harus selalu kita genggam erat. Terkadang, justru dari kejauhan, kita bisa melihat betapa berharganya mereka.

Reo

Kamu belum tahu, Berapa kali aku jatuh hati pada tatapan dari manik hitam yang melabuhkan semua lelah seperti sorot matamu kala melihatku Atau setiap kamu membaca tulisan-tulisan itu yang entah mengapa terkalahkan oleh teduhnya suaramu Kamu belum tahu, Berapa kali langkahku terasa hangat setiap aku tahu bahwa kakimu berjalan disampingnya menawari rasa bahwa saat didekatmu, aku tau aku aman. Kamu belum tahu, Bagaimana aku jatuh hati dengan tingkah lucumu saat salah memainkan akor gitar itu, bodoh. tapi aku suka. selalu. Kamu juga belum tahu, saat aku melihatmu memilih bunga-bunga itu dari kejauhan, lagi-lagi aku jatuh. luruh, pada hati yang kau punya.   Kamu belum tahu, ada jatuh yang entah keberapa kali aku rasakan tiapkali ada disampingmu Namun kini kamu tahu, bahwa sesederhana itu   Aku jatuh padamu  

Jangan Sakit.

Ibu, ayah. Kalau saja kakak bisa kasih Ibu dan Ayah seribu usia, rasaya tidak akan ada beban untuk memberikannya. Kakak akan benar-benar serendah hati itu memberikannya. Kalau saja kakak bisa menghapus lelah Ayah yang sejak dulu selalu membebani pundak Ayah, Kakak akan benar-benar menghapusnya sampai tak ada satupun lelah yang tertinggal, yah. Kalau saja kakak bisa menghapus kekecewaan Ibu yang seringkali tertanam dalam hati Ibu, Kakak akan benar-benar menghapusnya sampai tak akan pernah ada tangis dan pilu, Bu. Selama ini saya lelah, Bu, Yah. Bekerja, mencari arti diri. Berteman dengan banyak manusia-manusia dengan kepribadian yang berbeda agar kakak tahu harus jadi manusia yang seperti apa. Lelah, Bu, Yah. Tapi saya hanya ingin belajar mengenal dunia lebih baik lagi agar nanti bisa saya ceritakan ke adik-adik, Bu, Yah. Saya sungguh lelah, Bu, Yah. Tapi kakak hanya ingin belajar menjadi kuat seperti Ayah, belajar menjadi pemurah seperti Ibu, terlebih belajar menjadi diri kakak sendiri...