Selamat
pagi mentari,
Selamat menghiasi
dunia pada tahun yang baru. Yang mungkin akan penuh dengan bahagia yang
memenuhi harap dalam angan di tahun lalu. Atau akan penuh dengan kesedihan yang
menyandra habis harapan itu.
Semoga saja
kebisingan gelak tawa yang akan senantiasa mengisi pagimu setahun ini, mentari.
Aku ingin
bercerita, bukan tentang hari ini sih. Melainkan malam di penghabisan hari taun
2018.
Saat hari pergantian tahun, aku rencananya ingin menghabiskan akhri tahun bersama salah seorang teman. Sekedar berkelana santai dengan motor. Mungkin seraya menonton film yang belum sempat ditonton, makan, lalu sekedar jalan-jalan yang diakhiri sengan menyeduh kopi sampai tahun telah resmi berganti.
Namun sialnya, akhir tahun dihujani oleh rintikan deras air milik semesta. sangat deras, yang akhirnya membuat mama melarangku untuk keluar rumah. Padahal ia sudah sampai untuk menjemputku.
Akhirnya, kami menghabiskan waktu menunggu redanya hujan di rumahku, seraya membuat desain promosi untuk bisnis clothing line-ku bersamanya dan 2 teman yang lain.
Hampir malam, hujan tak jua reda.
Aku menangis, kesal karena tak jadi pergi menikmati euforia akhir tahun menjelang tahun baru. Ia juga memilih untuk nurut dengan mama, padahal aku sudah siap untuk memberontak.
Tapi yasudahlah, memang diluar juga hujannya reda. Dan ia sedang membawa motor.
Akhirnya, pergantian tahun dilewati kami dirumah ku. Dia balik sekitar hampir pukul 1 malam. Harus sedikit basah-basahan karena gerimis masih belum mau mereda.
Tapi aku senang, dia mau menghabiskan waktu diruang tamuku, menemani aku sampai letih harus melek mata dihadapan laptop demi desain yang kelar dan siap untuk di publish pada pukul 00.00.
Kau tahu? Tahun kemarin adalah sekumpulan hari-hari terbahagia yang memberi bekas pada ingatan dan hati.
Saat hari pergantian tahun, aku rencananya ingin menghabiskan akhri tahun bersama salah seorang teman. Sekedar berkelana santai dengan motor. Mungkin seraya menonton film yang belum sempat ditonton, makan, lalu sekedar jalan-jalan yang diakhiri sengan menyeduh kopi sampai tahun telah resmi berganti.
Namun sialnya, akhir tahun dihujani oleh rintikan deras air milik semesta. sangat deras, yang akhirnya membuat mama melarangku untuk keluar rumah. Padahal ia sudah sampai untuk menjemputku.
Akhirnya, kami menghabiskan waktu menunggu redanya hujan di rumahku, seraya membuat desain promosi untuk bisnis clothing line-ku bersamanya dan 2 teman yang lain.
Hampir malam, hujan tak jua reda.
Aku menangis, kesal karena tak jadi pergi menikmati euforia akhir tahun menjelang tahun baru. Ia juga memilih untuk nurut dengan mama, padahal aku sudah siap untuk memberontak.
Tapi yasudahlah, memang diluar juga hujannya reda. Dan ia sedang membawa motor.
Akhirnya, pergantian tahun dilewati kami dirumah ku. Dia balik sekitar hampir pukul 1 malam. Harus sedikit basah-basahan karena gerimis masih belum mau mereda.
Tapi aku senang, dia mau menghabiskan waktu diruang tamuku, menemani aku sampai letih harus melek mata dihadapan laptop demi desain yang kelar dan siap untuk di publish pada pukul 00.00.
Kau tahu? Tahun kemarin adalah sekumpulan hari-hari terbahagia yang memberi bekas pada ingatan dan hati.
Atas kebahagiaan
tentunya. Juga pengalaman-pengalaman tak terlupakan yang menjadi gundukan pelajaran
bermakna.
Tanyakan
aku, apa yang aku tumpuk dalam kenangan setahun lalu.
Kujawab,
rasa menjadi jiwa muda yang penuh kesenangan dan tanpa kesenduan dalam
hari-harinya.
Itu, aku
tahun kemarin.
Mungkin karena
ada dia, tidak mesti aku jelaskan lagi ‘kan
mengenai siapa pelakunya?
Hampir
di setiap hari selalu kulewati berkelana atau sekedar bersantai ria dengan nya.
Yang paling sering dilakukan tentunya adalah menonton film. Sudah ku ceritakan,
bukan? Bahwa aku rajin menabung.
Tiket nonton. Hehe
Syukurnya,
aku dipertemukan dengan seorang pemuda yang jua memiliki kesenangan dalam
mengapresiasi seni pertunjukan atau film layar lebar. Menonton film itu
menyenangkan. Apalagi bisa kedapatan ada waktu luang sehingga bisa repot-repot
menonton film yang baru tayang. Ingin menjadi yang seangkuh-angkuh nya karena
itu haha. Namun juga ada saat dimana kita kecolongan waktu yang membuat kita hampir
saja kehabisan film baru.
Oiya,
hal-hal yang berbau spoiler adalah
musuh terberat kami.
Aku juga
ingin cerita, di tahun kemarin aku jadi semakin banyak bermalas-malasan dengan
tugas kuliah. Tunggu, jangan marahi aku dulu. Sebenarnya faktor utamanya adalah
karena kedapatan dosen yang sepertinya kurang mampu mendosen. Mengerti?
Ya, ada
yang malas masuk. Ada yang menjelaskan tidak becus, contohnya seperti
memberikan sebuah tutor namun hanya pada diri sendiri. Saat kami bertanya;
‘maaf bu, bisa
diulangi?’
Beliau menjawab
‘Ya makanya kalian
perhatiin dong.’
Padahal dia
yang tidak becus menjelaskan. Hey, bukannya aku sok pintar, bukan. Namun, mana
ada orang yang mampu mengerti dengan secepat itu bagaimana menjalankan program
atau sekedar membuat HTML tanpa
diberi tahu teori-teori terlebih dahulu.
Ibaratkan
saja, kau tidak tahu huruf namun sudah disuruh membuat paragraph. Gila bukan?
Apalagi beliau
menjelasnya dengan intonasi dan tempo yang sungguh, sesingkat-singkatnya.
Jelas tidak
ada yang mengerti, dan membawa kami yang pada akhirnya belajar sendiri boleh
itu dari youtube, atau membaca buku pemograman.
Aku,
cukup bertanya saja dengan ayah ku.
Lain
lagi yang memberi tugas, sama seperti semester lalu. Buang-buang waktu. Kau tahu
kan, menjadi anak desain itu tidak murah. Untuk membeli kebutuhan ke-desain-an
seperti alat gambar, kuas, cat lukis, atau cetak poster yang ukurannya
besar-besar itu bisa menguras habis isi dompet sehari. Belum yang harus revisi.
Aku sih
tidak apa-apa, karena aku tahu ini memang konsekuensi menjadi desainer. Tapi,
bayangkan teman-temanku yang ngekost, atau bahkan yang kuliah saja harus bayar
sendiri. Jadi harus ditambah bonus dari dosen. Sangat mengesalkan. Namun harus
bagaimana? Kuliah itu kan asset yang sangat berharga.
Ya,
seperti itu lah kelihatannya bila aku harus mengilas balik seputar
perkuliahanku.
Di tahun
kemarin, aku juga kehilangan 2 anggota keluarga. Malahnya, tahun kemarin
diawali dengan meninggalnya mendiang kakek tercinta. Karena itu, aku sudah
tidak lagi punya kakek dan nenek. Sedih sih, tapi aku mencoba dewasa dan sadar
bahwa manusia memang akan kembali juga pada-Nya. Tidak tahu kapan.
Seberes
mengobati kesedihan atas ditinggal almarhum kakek, sepupuku kehilangan anak
pertama nya yang baru saja lahir. 19 hari.
Aku,
tidak tahu pilu bagai apa yang akan menusuk-nusuk hati dan raga ku bila harus
menjadi dia.
9 bulan menunggu kehadiran anak pertama, ketika lahir dan
menumbuhkan sebuah pengharapan akan mampunya raga membesarkannya menjadi orang
berguna yang tumbuh dewasa kelak akan menjaga hingga akhir hayat, harus dibunuh
harapannya dengan kenyataan bahwa harus melepaskan yang baru saja tiba.
Kau dibawa
terbang menjulang ke angkasa raya, 19 hari lalu kau didorong dihempaskan
bertubi-tubi hingga jatuh ke pangkal bumi. Sakit. Jatuh. Patah hati
sepatah-patahnya.
Ya,
sebenarnya itu menjadi bagian memilukan, yang harus aku lupakan.
Jadikan pelajaran
untuk selalu bersyukur atas waktu dan masa muda yang begitu berharga.
Kita harus
kehilangan seseorang namun tetap merasa bahagia. Bahagia, karena tuhan akan
memberikan kebahagian yang luar biasa juga pada mereka yang meninggalkan
ditempat terindah yang disebut surga. Aamiin.
Semoga
saja, tahun ini akan menjadi titik kebahagian yang akan tetap berlanjut hingga
esok sampai tidak bisa dihitung lamanya.
Kesedihan,
tak apa ada.
Tetap,
jadikan pelajaran berharga.
Komentar
Posting Komentar