Langsung ke konten utama

sewaktu



Belakangan ini, hari penuh diisi dengan produktifitas dikampus. Program kerja yang kian berjalan, bersamaan dengan panitia yang kian berlari.

Saya semakin sering bertemu tatap dengan parkiran kampus.
Malah nya, sebegitu sibuk nya sampai menghabiskan setengah hari di tempat itu.
Mungkin banyak yang berfikir saya ini orang yang terlalu sibuk dan 'mahasiswa aktif banget'

Sebenarnya, saya hanya sedang mencari pengalaman. Saya rasa adalah sebuah kesia-sian bila 4 tahun kuliah hanya diisi dengan tatap muka bersama dosen - kerja kelompok - rumah dan begitu saja yang terulang.

Namun saya tidak ingin munafik, memang kegiatan ini sering menguras waktu dan tenaga. Terlebih lagi, materi. 

Tapi saya percaya bahwa pengalaman itu satu aspek yang punya nilai berharga. 
Dewasa ini, saya semakin sadar bahwa semakin sering kita melakukan sesuatu yang baru, belajar banyak hal diluar wawasan dan kemampuan kita sebelumnya akan membantu kita satu langkah lebih maju menuju kesuksesan di masa depan.

Seiring berjalannya waktu pun saya semakin diajari oleh pengalaman bahwa waktu itu asset yang tidak ternilai harganya. Berapapun waktu yang saya miliki, saya harus belajar menggunakannya untuk hal-hal yang baik dan berguna untuk saya, dan akan sangat membanggakan bila bisa berguna untuk orang lain yang ada di sekitar saya. 

Namun, jujur saja tetap ada sedikit kekecewaan yang saya rasakan. Perihal hasil yang saya dapat dari satu semester kemarin. 

Saya rasa, memang motivasi saya pada tugas kampus hampir sedikit luntur karena banyak hal di luar kampus yang mendominasi waktu luang saya. Ya, waktu luang yang tidak begitu luang sih sebenarnya.

Ipk saya turun dari semester lalu, tapi tidak apa. Saya jadikan saja ini motivasi baru untuk lebih serius dan bertanggung jawab pada nilai saya di kemudian hari. 

Dan yang harus digarisbawahi lagi adalah, saya harus tetap pintar untuk memanajemen waktu. Bagaimana membagi prioritas satu dengan yang lain. Agar efektifitas mekanisme kegiatan yang saya jalankan bisa berjalan dengan semestinya.

Saya sedikit khawatir sebenarnya. Baru saja gelar ketua DPM fakultas saya raih, saya sudah takut akan menomorduakan akademis saya. Semoganya tidak.

Di masa kuliah ini, saya banyak belajar untuk mau berperan. Berani menenggelamkan diri dalam kontribusi yang disebut-sebut aksi pergerakan.
Memang tidak begitu berarti bagi sebagian orang, terlalu membuang-buang waktu kuliah mungkin adalah definisi terbaik yang diciptakan sekelompok orang itu. 

Hal yang membuang-buang waktu kuliah menurut mereka ini adalah kumpulan anak tangga dari pengalaman-pengalaman berharga untuk bekal di dunia kerja bagi sebagian yang lain.

Saya, salah satunya.

Yang jelas,maksud saya adalah. Tidak penting pendapat yang orang lain lontarkan perihal apa yang kita lakukan. 

Bila kita suka melakukan satu hal baik, kebaikan lain juga akan datang pada waktunya.


Saya, percaya itu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeda

Ada beberapa orang yang melakukan perjalanan untuk merasa lebih dekat dengan tujuan pulang. Aku suka duduk diam, menikmati perjalanan pulang ke rumah—meski hanya sebentar, meski tak perlu tinggal lama. Kadang, jarak justru membuat segalanya terasa lebih hangat. Ada hal-hal yang terasa lebih berarti saat kita tak selalu berada di dekatnya. Seperti rumah, yang kehadirannya selalu terasa lebih dalam saat aku datang sebagai tamu. Seperti orang-orang yang kusayangi, yang rasanya lebih istimewa ketika aku merindu dari jauh. Jadi, aku biarkan perjalanan ini menjadi jeda kecil. Untuk pulang, untuk mengingat, lalu pergi lagi. Karena tak semua yang kita cintai harus selalu kita genggam erat. Terkadang, justru dari kejauhan, kita bisa melihat betapa berharganya mereka.

Reo

Kamu belum tahu, Berapa kali aku jatuh hati pada tatapan dari manik hitam yang melabuhkan semua lelah seperti sorot matamu kala melihatku Atau setiap kamu membaca tulisan-tulisan itu yang entah mengapa terkalahkan oleh teduhnya suaramu Kamu belum tahu, Berapa kali langkahku terasa hangat setiap aku tahu bahwa kakimu berjalan disampingnya menawari rasa bahwa saat didekatmu, aku tau aku aman. Kamu belum tahu, Bagaimana aku jatuh hati dengan tingkah lucumu saat salah memainkan akor gitar itu, bodoh. tapi aku suka. selalu. Kamu juga belum tahu, saat aku melihatmu memilih bunga-bunga itu dari kejauhan, lagi-lagi aku jatuh. luruh, pada hati yang kau punya.   Kamu belum tahu, ada jatuh yang entah keberapa kali aku rasakan tiapkali ada disampingmu Namun kini kamu tahu, bahwa sesederhana itu   Aku jatuh padamu  

Jangan Sakit.

Ibu, ayah. Kalau saja kakak bisa kasih Ibu dan Ayah seribu usia, rasaya tidak akan ada beban untuk memberikannya. Kakak akan benar-benar serendah hati itu memberikannya. Kalau saja kakak bisa menghapus lelah Ayah yang sejak dulu selalu membebani pundak Ayah, Kakak akan benar-benar menghapusnya sampai tak ada satupun lelah yang tertinggal, yah. Kalau saja kakak bisa menghapus kekecewaan Ibu yang seringkali tertanam dalam hati Ibu, Kakak akan benar-benar menghapusnya sampai tak akan pernah ada tangis dan pilu, Bu. Selama ini saya lelah, Bu, Yah. Bekerja, mencari arti diri. Berteman dengan banyak manusia-manusia dengan kepribadian yang berbeda agar kakak tahu harus jadi manusia yang seperti apa. Lelah, Bu, Yah. Tapi saya hanya ingin belajar mengenal dunia lebih baik lagi agar nanti bisa saya ceritakan ke adik-adik, Bu, Yah. Saya sungguh lelah, Bu, Yah. Tapi kakak hanya ingin belajar menjadi kuat seperti Ayah, belajar menjadi pemurah seperti Ibu, terlebih belajar menjadi diri kakak sendiri...