Ada, Ada begitu banyak untaian kata hingga cerita yang masih tidak mampu kamu katakan. Tentang bagaimana dia membuka matamu, hingga memasuki dimensi ruang dan waktumu dan kini menjelma menjadi elemen-elemen kecil yang memenuhi relung hatimu—dia lukis kembali coretan-coretan di lembaran kertas putih kosong yang kau sebut imajinasi itu. Mengenalkanmu pada warna-warna baru yang tak pernah kau lihat pada pelangi—Tapi, buat apa? Nafas dan suara yang kau sia kan untuk dia yang masih tak mampu sadar akan rasa yang diam-diam kau sembunyikan. Begitu rapih, kau jaga tepat di suatu tempat yang kau sebut Hati. Rasa yang kau tutupi berhari bahkan berbulan hingga waktu pun tak mau menghitungnya. Rasa yang sedari dulu juga enggan kau sadari, hingga perlahan memaksamu mengaku pada dirimu sendiri bahwa, benar, kamu jatuh hati—Iya, padanya yang kembali menghidupkan warna pada pelangimu yang semula hanya hitam putih dan abu—Iya, Lagi-lagi kamu yang bodoh berpura-pura tak sadar telah mengok...
izin bercerita, tapi bolehkah hanya dengan kata-kata?