Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Dia tak akan sadar.

Ada, Ada begitu banyak untaian kata hingga cerita yang masih tidak mampu kamu katakan. Tentang bagaimana dia membuka matamu, hingga memasuki dimensi ruang dan waktumu dan kini menjelma menjadi elemen-elemen kecil yang memenuhi relung hatimu—dia lukis kembali coretan-coretan di lembaran kertas putih kosong yang kau sebut imajinasi itu. Mengenalkanmu pada warna-warna baru yang tak pernah kau lihat pada pelangi—Tapi, buat apa? Nafas dan suara yang kau sia kan untuk dia yang masih tak mampu sadar akan rasa yang diam-diam kau sembunyikan. Begitu rapih, kau jaga tepat di suatu tempat yang kau sebut Hati. Rasa yang kau tutupi berhari bahkan berbulan hingga waktu pun tak mau menghitungnya. Rasa yang sedari dulu juga enggan kau sadari, hingga perlahan memaksamu mengaku pada dirimu sendiri bahwa, benar, kamu jatuh hati—Iya, padanya yang kembali menghidupkan warna pada pelangimu yang semula hanya hitam putih dan abu—Iya, Lagi-lagi kamu yang bodoh berpura-pura tak sadar telah mengok...

Sedikit pengingat.

hai, aku. Dari masa depan tentunya. Mungkin kau adalah aku 2 tahun lagi, 3 tahun lagi, 5 tahun lagi, Atau 10 tahun lagi. Aku hanya ingin mengingatkan nanti diusia mu yang genap 28 tahun, ada kado yang aku siapkan dari masa lalu. Mungkin bukan sesuatu yang mahal. Bahkan tidak ada harganya. Itu hanya sesuatu yang selama ini aku kumpulkan untuk kamu. Aku harap, kamu masih sering membuka laman blogmu. Ada hadiah yang sengaja aku siapkan sekarang, aku rangkai agar kau kembali ingat kemasa muda yang indah itu. Aku harap kamu tidak lupa dan kamu tepat waktu. Ingat ya, Jam 00.00 30 Oktober 2027 10 tahun lagi, diusiamu yang genap 28 tahun Aku titipkan kado yang sudah terjadwal untuk terpublikasi di laman blogmu. Sudah teramat sulit kutahan-tahan hingga tak kubuka. Yang jelas terima kasih untuk tidak menyunting dan mencoba melihat dokumen itu sebelum waktunya. Kau memang penyabar. Salamku untukmu, Kau, 10 tahun yang lalu.

Tapi buat apa?

Tapi buat apa, Buat apa aku menunggu. Hingga menumbuhkan satu pengharapan.  Harapan yang kian tiada artinya. Meski penuh niatku pada jalan yang mestinya kini kita tempuh. Namun nyatanya, duniamu tak juga aku. Lantas, buat apa setiaku yang selama ini?

Kapas Langit.

Hitam itu menyelimuti kapas-kapas langit, Indahnya tak lagi ada,   Kini hanya dingin yang menyinggah.   Jujur saja kini aku takut. Padahal dulu aku kuat. Bukan, bukan, Aku sempat kuat. Karena, Waktu itu masih ada kamu yang menemaniku. Menemani aku dibawah Cumulonimbus itu. Katamu tak apa bilapun kau harus kehujanan, Katamu tak apa bilapun aku ingin main hujan-hujanan 'Selama aku masih disisi kamu' Katamu. ' Akan kuterjang sang hujan hingga menjadi pelangi.'