Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

mengilas balik

Setahun kemarin adalah sekumpulan hari dan minggu yang memberikan pelajaran bahwa menghargai waktu dan orang-orang disekitar kita itu penting.  Namun juga menjadi tahun terberat karena semangat yang sedikit terpatahkan karena datangnya rasa jenuh pada tanggung jawab sendiri. Kuliah yang sedang malas-malasnya, karena urusan diluar kampus yang sedang sibuk-sibuknya. Tapi jadi rajin menabung.  Menabung tiket bioskop.  hehe.  Mungkin karena instensitas bertemu salah seorang terdekat yang hampir setiap hari, meskipun ada juga yang setahun penuh tidak bertemu sama sekali. Hal terberat kedua adalah merasakan kehilangan beberapa bagian dari keluarga, orang-orang terkasih, dengan tanpa memberi salam terakhir dan berterima kasih. yang akhirnya mengajarkan betapa pentingnya meluangkan waktu dan sekedar sadar bahwa ada yang butuh untuk bertemu, 2019 harus mampu mencoba lebih dewasa dan tidak kekanakan dalam menghargai kesempatan untuk menyi...

perkara senja dan masa lalu

Senja, adalah sebuah ruang penuh kirana emas yang selalu mampu menghentikan waktu, menenggelamkan jiwa pada warnanya, memutar kembali kan kisah yang telah usai terlampau waktu dan ketidaksadaran, menusuk dinding terdalam jiwa dan menancapkan cahayanya tepat di seisi relung hati, membuat sukma merasakan afeksi yang indah pada mahakarya-Nya selain rupa insan, mengais pilu yang teredam jauh dipangkal hati terdangkal, menggantinya dengan impresi rasa syukur pada Tuhan telah diberikan dua pasang mata yang mampu menikmati indahnya langit dihiasi semburat warna merah kejinggaan itu setiap harinya, disetiap petang, disetiap penghujung sore, sebaik itu Tuhan berikan waktu dan kesempatan di tiap-tiap hari manusia agar mampu menyaksikan mahakarya-Nya yang sebegitu menakjubkan. Aku kalut,  dibuat terombang-ambing, karena begitu saja kumampu menaruh hati pada raut sang senja namun tak jua hilang memori-memori pengundang lara dalam jiwa. Senja itu pelakunya, sebenarnya. pelaku ...

mengapa semesta?

Jadi, mengapa semesta? "Kau selalu saja hanyut akan kata bahkan rupa 'semesta'. mengapa?" tak ada alasan khusus. Bagiku, semesta adalah satu-satunya ciptaan Tuhan yang memiliki pesona dan keindahan yang tak bisa diukur skala nya. entah sejak kapan aku menaruh damba pada semesta, aku rasa sejak aku sadar bahwa ketakutan terbesarku adalah ruang yang tak terbatas. laut, langit, semesta, hati. ketakutanku sebenarnya bertumpu pada kemungkinan-kemungkinan yang hampir tidak mungkin, seperti :  tenggelam didalamnya, mati didalamnya, menghilang didalamnya, atau sekedar larut didalamnya. jika kebanyakan manusia cemas berada didalam suatu ruangan sempit, yang menyesakan. mungkin gelap, sepi, dan sunyi.. aku? aku jauh lebih takut berada di tempat yang luas yang mampu menyimpan beribu bahkan berjuta manusia didalamnya, namun aku sendiri. menyedihkan bukan? berada disuatu tempat yang luas nya tak sanggup dihitung mata namun kita tetap sendiri? itu alasannya. ...

Semesta

Semesta Mentari pagi yang menyinari cakrawala dunia, Tak pernah sehangat senyummu yang kembalikan sukma. Luruh hatiku pada indahmu, Kau redakan, seluruh rindu. Nurani dan rasa yang tumbuh jauh mengangkasa, Kala dua bola matamu yang melukiskan samudera. Jatuh hatiku, pada hatimu. Hari tak bermakna kini hilang. Semesta tersipu malu, Kala tuturmu beralih berganti rayu. Menit detikku terhenti, Kala kau sematkan hati, dan berjanji Sampai nanti.