Perasaan manusia ternyata bisa serumit itu, terkadang hati membawanya jatuh ke tempat yang tak pernah mengizinkannya menapakkan kaki.
Terkadang hati membawanya pada arah yang tak pernah meminta untuk dituju.
Ia membawa saya kepada sebuah buku baru yang tak pernah benar-benar ingin terbaca oleh saya.
Ternyata perasaan manusia bisa sesulit itu. Perkara ada hati yang sama-sama menumbuhkan pengharapan baru, semesta lagi-lagi tidak ingin menjanjikan suatu kebahagiaan karena faktanya memang tidak semua hal yang ditanam bersama bisa saling menguatkan sehingga tumbuh berdampingan.
Ada yang bersama menguatkan, namun ada juga yang memilih mati demi menguatkan yang sudah berkembang hanya demi keindahan itu tetap bertahan seperti sediakala.
Dan lagi-lagi,
ternyata benar perasaan manusia bisa serapuh itu. Saya tidak tahu bagaimana skenario Tuhan menjelaskan kerumitan perasaan semacam ini kepada manusia lain namun sejujurnya, saya benci menjadi seseorang yang bisa semudah itu dipatahkan oleh ketidakyakinan.
Ternyata sulit untuk terpaksa luruh pada satu entitas yang menenangkan, yang membuat seseorang mampu menjadi dirinya sendiri dan menemukan dirinya sendiri namun ia tak lebih dari entitas yang tidak bisa ditautkan oleh harapan-harapan yang kita miliki.
Pemikiran manusia kadang jahil, perasaannya juga bisa mengalir tanpa arah. Mereka lebih memilih terbawa oleh arusnya dan menikmati prosesnya.
Bodoh sih terkadang, saya juga mengalami itu.
Tapi sepertinya, biar hal itu jadi cerita dan kisah yang jadi pelajaran saja ya?
Biar itu jadi satu rasa yang mengajarkan diri bahwa memang dunia tidak selalu tentang kita.
Kita harus merasakan kesedihan namun tetap menerimanya, itu kan hidup?
Pada akhirnya, benar saya pernah atau mungkin sedang merasakan hal itu namun saya tidak menyesal.
Biar jadi bentuk rasa syukur karena semesta sudah serendah hati itu memberikan warna baru pada pengalaman dan perasaan seorang manusia.

Komentar
Posting Komentar