Langsung ke konten utama

tentang perasaan seorang manusia,


Perasaan manusia ternyata bisa serumit itu, terkadang hati membawanya jatuh ke tempat yang tak pernah mengizinkannya menapakkan kaki.

Terkadang hati membawanya pada arah yang tak pernah meminta untuk dituju.

Ia membawa saya kepada sebuah buku baru yang tak pernah benar-benar ingin terbaca oleh saya.

Ternyata perasaan manusia bisa sesulit itu. Perkara ada hati yang sama-sama menumbuhkan pengharapan baru, semesta lagi-lagi tidak ingin menjanjikan suatu kebahagiaan karena faktanya memang tidak semua hal yang ditanam bersama bisa saling menguatkan sehingga tumbuh berdampingan.

Ada yang bersama menguatkan, namun ada juga yang memilih mati demi menguatkan yang sudah berkembang hanya demi keindahan itu tetap bertahan seperti sediakala.

Dan lagi-lagi,
ternyata benar perasaan manusia bisa serapuh itu. Saya tidak tahu bagaimana skenario Tuhan menjelaskan kerumitan perasaan semacam ini kepada manusia lain namun sejujurnya, saya benci menjadi seseorang yang bisa semudah itu dipatahkan oleh ketidakyakinan.

Ternyata sulit untuk terpaksa luruh pada satu entitas yang menenangkan, yang membuat seseorang mampu menjadi dirinya sendiri dan menemukan dirinya sendiri namun ia tak lebih dari entitas yang tidak bisa ditautkan oleh harapan-harapan yang kita miliki.

Pemikiran manusia kadang jahil, perasaannya juga bisa mengalir tanpa arah. Mereka lebih memilih terbawa oleh arusnya dan menikmati prosesnya.

Bodoh sih terkadang, saya juga mengalami itu.

Tapi sepertinya, biar hal itu jadi cerita dan kisah yang jadi pelajaran saja ya?
Biar itu jadi satu rasa yang mengajarkan diri bahwa memang dunia tidak selalu tentang kita.

Kita harus merasakan kesedihan namun tetap menerimanya, itu kan hidup?

Pada akhirnya, benar saya pernah atau mungkin sedang merasakan hal itu namun saya tidak menyesal.
Biar jadi bentuk rasa syukur karena semesta sudah serendah hati itu memberikan warna baru pada pengalaman dan perasaan seorang manusia.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeda

Ada beberapa orang yang melakukan perjalanan untuk merasa lebih dekat dengan tujuan pulang. Aku suka duduk diam, menikmati perjalanan pulang ke rumah—meski hanya sebentar, meski tak perlu tinggal lama. Kadang, jarak justru membuat segalanya terasa lebih hangat. Ada hal-hal yang terasa lebih berarti saat kita tak selalu berada di dekatnya. Seperti rumah, yang kehadirannya selalu terasa lebih dalam saat aku datang sebagai tamu. Seperti orang-orang yang kusayangi, yang rasanya lebih istimewa ketika aku merindu dari jauh. Jadi, aku biarkan perjalanan ini menjadi jeda kecil. Untuk pulang, untuk mengingat, lalu pergi lagi. Karena tak semua yang kita cintai harus selalu kita genggam erat. Terkadang, justru dari kejauhan, kita bisa melihat betapa berharganya mereka.

Reo

Kamu belum tahu, Berapa kali aku jatuh hati pada tatapan dari manik hitam yang melabuhkan semua lelah seperti sorot matamu kala melihatku Atau setiap kamu membaca tulisan-tulisan itu yang entah mengapa terkalahkan oleh teduhnya suaramu Kamu belum tahu, Berapa kali langkahku terasa hangat setiap aku tahu bahwa kakimu berjalan disampingnya menawari rasa bahwa saat didekatmu, aku tau aku aman. Kamu belum tahu, Bagaimana aku jatuh hati dengan tingkah lucumu saat salah memainkan akor gitar itu, bodoh. tapi aku suka. selalu. Kamu juga belum tahu, saat aku melihatmu memilih bunga-bunga itu dari kejauhan, lagi-lagi aku jatuh. luruh, pada hati yang kau punya.   Kamu belum tahu, ada jatuh yang entah keberapa kali aku rasakan tiapkali ada disampingmu Namun kini kamu tahu, bahwa sesederhana itu   Aku jatuh padamu  

Jangan Sakit.

Ibu, ayah. Kalau saja kakak bisa kasih Ibu dan Ayah seribu usia, rasaya tidak akan ada beban untuk memberikannya. Kakak akan benar-benar serendah hati itu memberikannya. Kalau saja kakak bisa menghapus lelah Ayah yang sejak dulu selalu membebani pundak Ayah, Kakak akan benar-benar menghapusnya sampai tak ada satupun lelah yang tertinggal, yah. Kalau saja kakak bisa menghapus kekecewaan Ibu yang seringkali tertanam dalam hati Ibu, Kakak akan benar-benar menghapusnya sampai tak akan pernah ada tangis dan pilu, Bu. Selama ini saya lelah, Bu, Yah. Bekerja, mencari arti diri. Berteman dengan banyak manusia-manusia dengan kepribadian yang berbeda agar kakak tahu harus jadi manusia yang seperti apa. Lelah, Bu, Yah. Tapi saya hanya ingin belajar mengenal dunia lebih baik lagi agar nanti bisa saya ceritakan ke adik-adik, Bu, Yah. Saya sungguh lelah, Bu, Yah. Tapi kakak hanya ingin belajar menjadi kuat seperti Ayah, belajar menjadi pemurah seperti Ibu, terlebih belajar menjadi diri kakak sendiri...